accidentals

Classical Music Fundamentals bagian 5.4 : Harmonic Minor, Melodic Minor & Bebop Scale

Posted on Updated on

Bebop&Rocksteady
Bebop & Rocksteady

 

Dalam scales, tiap not tidaklah sama (ini udah ditekankan berkali – kali dalam subject chordal vs modal improvisation, terlebih lagi saat workshops di Dojo Gitar). Ini bukan berarti kita diajarkan untuk punya preferensi terhadap not tertentu, dan menghindari not lain secara saklek kaku mampus gitu Dab. Dengan mengetahui bagaimana cara harmony bekerja dalam menceritakan sesuatu secara musically, kita bisa menggunakan tiap not secara bijak sesuai sikon, on any key, tanpa perlu melibatkan transpose.

Dalam sebuah diatonic scale, ada sebuah not yang berfungsi sebagai primary not (mirip Optimus Prime-nya para Autobots di Transformers). Not ini adalah yang jadi sandaran bagi not – not laen di dalam scale, baik dari segi nama scale-nya, formula-nya maupun tonal gravity-nya. Dalam penulisan, doi selalu dilambangkan dengan angka 1, arabic untuk scale degree dan roman untuk chord degree. Kadang ada juga penulisan menggunakan symbol R untuk Root, terutama penulisan formula scale degree. Not ini semua orang kenal dengan nama Tonic Note.

Dalam Western Music, ada 1 lagi yang perlu dikenalin yaitu Leading Note. Doi adalah not yang lokasinya 1/2 step dibawah Tonic (maj 7th degree). Karakter doi adalah cenderung unstable (based on diatonic tertian harmony build on it), dan kebelet resolve naik 1/2 step ke Tonic. Konsep Leading Note dan substitusi menjadi backbone berbagai konsep dalam komposisi dan improvisasi di tonal music, yang telah digunakan sejak era Baroque sampe dengan modern contemporary. Karakter bunyi ini digunakan untuk membangun expectasi, lalu Tonic berperan sebagai resolusi. Expectasi ini biasanya sering disebut sebagai tension (drama) dan resolusi disebut release (conclusion, kesimpulan). Mirip cerita di film, konsep tension n release ini secara umum merupakan kontributor utama dalam membangun story di musik. Konsep tension – release ini dibentuk oleh oleh kombinasi pitch (functional harmony, consonance – dissonance) dan time (strong – weak beats).

Konsep Tonic dan Leading Tone yang digabungkan dengan konsep substitusi secara umum cenderung menghasilkan line dengan chromaticism, yaitu menggunakan not – not yang terdapat di chromatic scale. Kata chroma berasal dari bahasa Yunani yang berarti color (warna). Yoi, penggunaan chromaticism dengan kadar tertentu bikin lines kita lebih colorful. Dan untuk bisa menggunakan berbagai komposisi warna dalam musik dengan ok, komposer/improviser memang perlu informasi jauh lebih banyak daripada sekedar komposisi item – putih (or dalam musik, mayor n minor).

Chromatic
Chromatic

 

Ngomongin tension – release di tonal music, tentu saja kagak bisa lepas dari cadence. Beberapa pihak mendefinisikan cadence sebagai rise and fall, sebagian lagi adalah ending dari sebuah musik. Terlepas dari definisi baku nya, ane personally lebih demen definisi “point of rest”. Coba dengerin part dari musik ente, pasti ada bagian sequence yang terasa beristirahat sejenak, lalu jalan – jalan lagi ngalor ngidul, lalu istirahat sejenak (lagi), dst sampe istirahat selamanya (ending musik). Nah doi adalah sequence dari cadence, yang terdiri dari tension and release.

Nah, cadence ini ada macem – macem, yang mau disenggol dikit disini adalah hubungan antara perfect cadence (progresi V – I) dengan modifikasi standar scale (khususnya tonic minor scale). Umumnya, untuk mendramatisir bunyi gravitasi terhadap tonic, V dalam progresi dibikin V7 (terdapat tritone dalam akord, ceritanya untuk ultimate tension).

Nah, progresi V7 – I untuk yang di major key, no problemo, kagak perlu ada modifikasi not disono. Bagaimana dengan minor key? Yoi, perfect cadence inilah yang membuat diatonic minor scale punya 2 variant tambahan : Harmonic Minor dan Melodic Minor.

Untuk membuat perfect cadence di V7 – Im, kita perlu memodifikasi skala natural minor. Biar gampil n kagak kebanyakan nulis accidentals, yang dibahas disini adalah Am. V7 – Im di key Am adalah E7 – Am. Akord E7 terdapat sebuah not yang tidak ada pada Am scale yaitu G#. Nah, supaya sebuah skala diatonik bisa digunakan dalam 2 akord tersebut maka skala Am (natural minor) dimodifikasi jadi harmonic minor.

A natural minor : A – B – C – D – E – F – G
A harmonic minor : A – B – C – D – E – F – G#

Lalu perihal melodic minor, doi adalah modifikasi lanjutan dari harmonic minor, untuk membuat step dalam scale kagak terlalu pincang n jumpy, not ke 6 (F) dinaikan setengah step (jadi F#). Ada beberapa versi alesan tentang hal ini, tapi ane lebih cenderung demen dengan alesan simpel, bahwa dengan jarak 6 yang nggak terlalu jauh dari 7, maka interval dalam skala terdengar lebih rapi n seragam, jadi nggak terlalu nyimpang jauh dari leluhurnya (natural minor kagak ada interval #2, or 3 semitones).

Natural minor intervals : T – S – T – T – S – T – T
Harmonic minor intervals : T – S – T – T – S – 1.5T (or 3S) – S
Melodic minor intervals : T – S – T – T – T – T – S

Dalam penerapannya, skala – skala ini bakal kedengeran paling ok kalo digunakan sesuai konteks, tapi untuk gambaran umum, sebagian besar orang seringkali menggunakan melodic minor saat maenin ascending line di tonic minor key, dan make natural minor saat descending.  Beberapa pihak menyebutkan melodic minor dengan nama ascending jazz minor scale. So, same thing, dan pas descendingnya kemungkinan besar jazzer lebih demen pake dorian or bebop minor scale. Untuk efek yang lebih eksotis, harmonic minor bisa digunakan.

Q : Eh, ntar dulu.. Bebop minor?
A : Yoi Dab.

Ini sekilas jadi rada kurang relevan dengan judul tulisan yang lagi ngebahas seri fundamental classical music sih, karena bebop nongolnya di era jazz. Tapi, don wori, sebenernya konsep bebop itu udah ada sejak jamannya J.S. Bach, di era Baroque. Makanya sering ada yang bilang bahwa Bach adalah jazzer. Mungkin kalimat yang lebih tepatnya adalah : ‘para jazzer make konsepnya Bach buat impro’.

Bach adalah jazzer?
Bach adalah jazzer?

Bebop scale adalah memodifikasi sembarang skala diatonik yang terdiri dari 7 not (heptatonic) menjadi 8 not. Ini berlaku untuk skala mayor dan minor, makanya ada istilah bebop minor. Ide ini dipake oleh musisi besar saat era bebop (makanya namanya bebop scale). Beberapa pihak menyebutkan cuma ada beberapa type bebop scale (major, minor, dominant, dsb), tapi sebenernya ada lebih banyak dari itu, terutama setelah kita paham aplikasi bebop dalam improvisasi, serta konsep chromaticism.

Para pemaen bebop yang bikin genre jazz jadi super technical itu selain peduli detil terhadap harmonic changes, mereka juga peduli terhadap detil ketukan. Ini perlu diperhatikan bagi para pelajar jazz, terutama bagi yang berlatar belakang shredding lulusan Hotlicks or REH videos, yang sebagian besar cenderung lebih fokus shortcut ke hal yang sensasional daripada esensi.

Bebop scale adalah scale yang membuat pemainnya selalu maenin chord tones saat strong beats, dan non-chord tones saat weak beats, baik saat ascending maupun descending tanpa intervallic skips.

Bagi yang udah tau hubungan modes dengan tetrad harmony (triad + 7th degree), terlebih chordal dan modal improvisation, maka tiap modes bisa ditambahkan sebuah passing note untuk membuat bebop scale, dan bisa langsung dimainkan dan kedengeran cukup otentik. Lokasi penambahan passing note-nya sebenernya bebas (ada 5 lokasi per diatonik modes), masing – masing akan memberikan efek yang berbeda.

Bagi yang belum tau hubungan modes dengan tetrad serta subject chordal dan modal improvisation, sebenernya tetep bisa langsung bikin macem – macem skala bebop, tapi pas nyoba aplikasi, insting dan eksekusinya mungkin blom akan kedengeran ok dan otentik. silakan study n explore dulu dari berbagai sumber. Di blog ini udah pernah beberapa kali nyenggol modes, tetrad (dengan sedikit variasi term), chordal dan modal (or scalar) improvisation. Silakan disearch.

 Bersambung..

Hubungan Akord dan Skala bagian 2

Posted on Updated on

Ini adalah contoh penulisan skala G# major atau Ab major pada sistem staves :

dan

Dengan melihat dan membandingkan 2 contoh partitur ini, kita akan setuju kalau penulisan yang ke 2 terlihat lebih rapi. Kedua contoh tersebut kalau dimainkan akan berbunyi sama persis, namun dengan bantuan key signatures, maka contoh yang ke 2 membuat semua notasi lebih mudah dibaca. Dari segi fingering, sebenarnya skala ini sama persis dengan C major scale dengan semua not yang berlokasi 4 fret lebih rendah, atau 8 fret lebih tinggi [tinggal geser saja].

Ketika memberi nama para not dalam sebuah skala mayor [major scale], para penggemar teori musik cenderung lebih suka untuk menggunakan abjad yang masing – masing hanya diperbolehkan untuk muncul sekali saja. Ini adalah alasan mengapa pada skala G# major terdapat penamaan B#, E#, dan Fx [dari segi pitch, secara berurutan not – not tersebut lebih lazim bernama C, F, dan G. Tetapi ketika kita menulis skala G# major yang dimulai dengan not G#, lalu not ke 2 A#, kita tidak bisa menulis not ke 3 dengan C lalu not ke 4 dengan C#].

Karena pertimbangan banyaknya jumlah accidentals [6 not] dan kemunculan sebuah not dengan double accidental pada skala G# major, maka untuk mempermudah penulisan [dan tentu saja pembacaan], kita disarankan menggunakan skala yang enharmonis dengan G# major, yaitu Ab major [hanya terdapat 4 accidentals]. Mungkin ini juga menjadi alasan kenapa software Sibelius yang digunakan untuk menulis contoh partitur diatas tidak punya pilihan untuk menulis di key G#.

Previous | Next

Hubungan Akord dan Skala bagian 1

Posted on Updated on

Awal yang paling tepat untuk membahas hubungan keduanya adalah dengan merujuk kepada skala yang paling penting yang terdapat pada teori musik : major scale [skala mayor]. Skala ini dimulai dengan root note [akar not], sebuah not yang bernama sama dengan nama skala nya [misalnya, root note dari skala G major tentu saja berupa not G].

Setelah ditentukan root note nya, maka not – not selanjutnya yang terdapat pada skala akan ditentukan dengan memindahkan root note tadi dalam sebuah pola, yang terdiri dari kombinasi semitones [jarak antara not diantara fret yang bersebelahan] dan tones [jarak antara 2 semitones]. Contoh untuk C major scale:

C – D – E – F – G – A – B – C

Dari contoh diatas, bisa dilihat kalau pola skala major scale adalah T – T – S – T – T – T – S [T = Tone, S = Semitone], dan terus berulang. Jarak antara not C dengan C berikutnya dinamakan octave [oktaf]. Secara teori, kita bisa memperpanjang pola ini sesukanya tetapi masih terbatas hanya pada not – not didalam skala [C, D, E, F, G, A, dan B]. Jadi sebenarnya informasi penting tentang pola jarak dalam skala telah bisa kita dapatkan hanya dalam 1 oktaf saja, dan untuk tujuan pembahasan teori, seringkali not – not tersebut diwakili dengan angka 1 sampai 7, juga sering dilafalkan dengan do re mi fa so la ti [solfeggio dalam subject sight singing]. Seperti yang kita lihat, skala C mayor tidak mempunya not – not dengan atribut accidental, tetapi apa yang terjadi kalau kita memulai skala ini, misalnya dari G#? Kita akan mendapatkan skala ini :

G# – A# – B# – C# – D# – E# – Fx – G#

Previous | Next

Pitch bagian 6

Posted on Updated on

Setelah bagan notasi di fretboard di artikel kemarin [Pitch bagian 5], tinggal 1 subyek lagi sebelum kita bisa membunyikan tiap not dalam stave, yaitu konsep key signatures.

Ketika kita membahas tentang skala [scale] nanti, jumlah not yang bertanda kres [sharp] dan mol [flat] dalam sebuah musik akan bervariasi tergantung pada kunci [key] musik itu dimainkan. Misalnya pada kunci A mayor, kita akan sering melihat C# dan lebih jarang melihat C disana. Key signatures atau kunci penanda akan menunjukan kita mana not – not yang harus selalu di-kres-kan atau di-mol-kan dalam sebuah kunci dengan mengelompokan semua accidentals yang dibutuhkan, bersama – sama ditulis setelah clef. Dengan cara ini bar demi bar akan bersih dari tanda accidentals, karena mereka telah ditulis didepan. Ini adalah daftar dari semua key signatures :

Previous | Next