heavy rock

Workshop VII

Posted on

vii

Ringkasan Materi Workshop VII :

  • Kalo kita membuka wawasan tentang apa yang terjadi di daerah lain di dunia, dan mencari tau definisi mereka terhadap klasifikasi dalam genre musik, maka kita akan tau bahwa klasifikasi genre cenderung lebih berguna di toko kaset, CD dan iTunes (dkk). Pada kenyataanya, genre musik sekarang itu udah cenderung campur aduk.
  • Ada yang bilang John Pizzarelli itu jazz, ada yang bilang jazzy, ada yang bilang pop. Ada yang bilang Mr Big itu hard rock, ada yang bilang pop. Semuanya valid karena genre adalah cenderung subjective. Jangan sampe berantem hanya karena genre.
  • Saat ini musik pop cenderung sering diremehin oleh sebagian orang. Padahal, classical itu pop, blues itu pop, jazz itu pop, di era dan daerah nya masing2. Yang diremehin sebagian orang itu kayanya bukan genre nya, tapi lebih cenderung ke struktur dan detil elemen dalam musiknya.
  • Musik pop juga banyak yang strukturnya sinting tanpa mengorbankan sisi easy listeningnya. Tingkat kesulitan dalam aransemennya nggak kalah dari genre yang nggak terlalu easy listening. Hal ini biasanya ada di musik pop yang didukung oleh orang2 yang lebih paham rhythm n harmony.
  • Dojo, adalah istilah dari bahasa Jepang yang berarti tempat yang didedikasikan untuk bersama2 berkumpul menempa, umumnya ditujukan untuk martial arts. Dojo Gitar ini untuk para gitaris.
  • Jepang punya standar yang relatif lebih tinggi terhadap banyak hal, termasuk musik.
  • Kalo para pengamen di Jepang aja pada nenteng partitur, maka peserta di Dojo Gitar pun sebaiknya minimal kenal sama partitur n sight reading. Perkara lancar-nya itu mah terserah masing2 orang.
  • Ada sebuah pitch yang bisa dibunyikan di 6 tempat yang berbeda di fretboard, bikin sight reading di gitar jadi nggak gampang.
  • Kenapa tablatur saja nggak cukup? Karena tablatur umumnya nggak memberikan tanda durasi (not dan rest nya). Tablatur lebih berguna secara personal tuk ngasi tau gimana posisi fingering untuk memainkan musiknya.
  • Dalam studi sight reading, kita sebaiknya memprioritaskan pada rhythm reading nya duluan, biar nggak kesasar udah nyampe mana. Salah beberapa pitch sih masih ketolong kalo masih tau posisi, jadi sisanya masih mungkin dimainkan dengan benar.
  • Triplet merupakan bentuk paling umum dari tuplet (rhythm ganjil). Tuplet bisa dituliskan dengan tanda kurung (untuk menandai not tuplet tanpa bendera, not 1/4 kebawah), tanpa tanda kurung (menandai not dengan bendera, not 1/8 keatas), dengan tanda kurung dan rasio (X:Y berarti X not yang dimainkan dalam durasi Y not).
  • Angka 3 dalam triplet sebenarnya bisa dibilang merupakan rasio 3:2 (hemiola), yang bisa diartikan 3 not yang dimainkan dalam durasi 2 not. Kalo not nya 1/8 triplet, berarti 3 not 1/8 yang dimainkan dalam durasi 2 not 1/8.
  • Rasio lain dalam tuplet termasuk ke subject advanced polyrhythm. Don wori, materinya akan ngumpet sampe ngebahas lagu Frank Zappa or Steve Vai dkk. Jelas tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
  • Sight reading adalah cara tergampil tuk memaksa para shredder maen pelan. Silakan dicoba.
  • Sebagian musik pop Jepang cenderung berani untuk menyisipkan akord2 yang tasty dan less predictible. Bahkan di genre yang cenderung ke heavy rock sekalipun bisa saja terdapat beberapa surprise.
  • Killer Tune yang dibahas pada workshop kemaren udah cukup bisa bikin para peserta workshop klepek2, padahal doi kemungkinan ‘masih’ termasuk lagu pop loh. Well, pop is not poop.
  • Dari mempelajari lagu2 yang tasty begitu, kita bisa lebih paham fungsi dari bermacam2 akord seperti half-dim, aug, min7#5, slash chord, dan inversi2 nya (misalnya akord min6 merupakan inversi dari half-diminished), dst.
  • Kalo masih pada mual gara2 workshop kemaren, coba minum antimo..

Untuk info lengkap tentang Workshop VIII, silakan cek https://www.facebook.com/events/234568670042376