gossip

Apakah Seniman Harus Bebas Dari Gosip Buruk?

Posted on

Berikut ini adalah copas dari comments di salah satu video musisi Indo.

Bubu Chan
Bubu Chan
8 months ago
Satu-satu nya musisi Indonesia yang bener2 gw respect banget. Dari skill musik, attitude dan kehidupan pribadi ga ada yang minus.

1.2K

Si Stqlk
Si Stqlk
7 months ago
Iya, dia pinter bgt ngatur kehidupan profesionalnya. Ga pernah ada gosip buruk. Pas pacaran sama suaminya aja ga diumbar gimana gitu dan ga pernah jadi pemberitaan media. Tiba tiba nikah.

81

MC JOURNEY
MC JOURNEY
7 months ago
T.O.P Banget, jauh dari kata lebay

23

tahu jengger
tahu jengger
7 months ago
Gua respect sama komen yang bilang Isyana satu-satunya musisi yang nggak ada yang minus, nggak pernah ada gosip buruk. Tapi itu kriteria subyektif yang biasanya cuman ada kalo orang mau mengidolakan segitunya sampe hampir setingkat level sesembahan. Nampaknya kita belom dapet pelajaran dari kasus Sabyan.

Dimanapun musisi selalu dinilai dari kontribusinya dan terlepas dari kehidupan pribadinya. Di skala global mau Kurt Cobain ngedrugs pun, Michael Jackson oplas pun, Beethoven pemarah pun, faktanya dunia dapet manfaat dari eksistensinya.

Kita lagi ngomongin seniman, bukan moral idol or tokoh agama yang reputasinya dan kontribusinya dipengaruhi oleh gosip buruk. Semakin orang pada tau bedanya, semakin plong dalam menghormati karakter berbagai seniman. Fokus ke karyanya, bukan BS nya. Kita masih sama-sama manusia yang kalo pas kentut pun selalu bau.

86

Michael Jackson

Bubu Chan
Bubu Chan
7 months ago
@tahu jengger Kalau gw sih memang menyukai dia sebagai artis ya, bukan individu di dunia nyata/di luar image artisnya, karna gw juga ga kenal dia di dunia nyata (dia juga mengakui kalau di dunia nyata dia beda dengan diatas panggung. Sangat introvert). Mungkin bukan mendewakan/menyembah kali ya, terlalu lebay sih kalau dibilang kaya gt, soalnya gw pribadi juga ga pernah bisa menyukai artis sampai sebegitunya, namanya manusia sebenarnya sama aja sih, pasti ada sisi +/- nya. Istilahnya jangankan artis, kita orang biasa kaya gini aja, pasti ada momen2 dimana kita memakai topeng juga (sesuai situasi dan kondisi). Apalagi artis yang memang harus menjaga image-nya.

Gw sukanya Isyana itu kaya lebih ke bisa menginspirasi gw secara pribadi aja gt, dari kerja kerasnya, prestasinya di akademik sama di musik, attitude-nya, humble-nya (dengan skill sekeren ini dia masih mau belajar lagi, masih mau mengakui kekurangan dia dalam beberapa aspek di musik), konsistensinya terhadap apa yg dia cintai. Dan memang sejauh ini gw lihat kehidupan pribadi dia memang ga neko2 sih, pacaran 12 tahun ga di expose, tiba2 tunangan terus nikah, ga pernah ada masalah sama artis lain, ga pernah pansos2an. Clean aja gt (sejauh ini).

Dan ketika gw lihat dia buat karya dan main electone gt ya, kaya bisa ngebuka pikiran gw gt. Kalau gw konsisten, fokus dan kerja keras dibidang gw sekarang, gw juga bisa loh nge-buat karya yang keren kaya dia (walaupun bidang gw bukan di musik). Makanya gw respect banget sama Isyana, karna baru kali ini dengan karya orang lain, gw justru terinspirasi buat achieve my dream juga.

55

tahu jengger
tahu jengger
7 months ago
@Bubu Chan Mantabs! Dari perspektif subyektif, okelah kalo so far nggak ada minusnya dan blom pernah ada gosip buruknya bikin seolah dia jadi almost perfect role model dari Disney yang menginspirasi kita semua untuk jadi lebih baik. Itu sebuah hal yang memang bisa dimaklumi dari sisi idealisme ketokohan.

Tapi kalo diliat secara umum-obyektif-realistis, memasukkan point itu sebagai kriteria untuk mengapresiasi seorang seniman kayanya ya masih rada kurang pas, karena toh goal utama semua seniman itu bukanlah untuk menjaga diri dari hal2 minus n gosip buruk. Sebagian hal yang dianggap minus itu memang dasarnya fitrah manusia yang pada sering bikin salah, faktor lingkungan, sekedar beda tradisi n perspektif soal parameter bener-salah, dll. Dan gosip buruk adalah variabel eksternal yang diluar kontrol semua orang, termasuk Isyananya sendiri. Kalo boleh lebay sekali lagi, bahkan untuk kaliber para Nabi aja kriteria itu nggak tercapai.

Soal inspirasi, kalo gua bilang justru bagaimana seorang seniman deal dengan berbagai minusnya dan gosip buruknya, itu lebih bisa menginspirasi semua orang, karena mewakili sikon pribadi kita semua. Kita bakalan lebih banyak belajar dari seniman yang open dan menerima berbagai kelemahannya, lalu dari situ bisa mencapai sesuatu yang besar, daripada seniman yang perfect dari awal. Soalnya sikon perfect itu nggak bisa dijadikan pelajaran karena sikon nya nggak bisa diduplikasi. Lain halnya dengan semangat untuk deal terhadap negativity yang hari ini bisa berguna ke semua orang. Terutama di era hoax n BS ini.

Pada dasarnya nggak ada yang salah dengan imperfection, karena itu adalah bagian tak terpisahkan dari kita semua. Kita bakalan kesulitan terinspirasi oleh banyak sekali seniman keren kalo kriteria seketat ini dimasukin. Tapi kalo filternya dicopot, langsungan otomatis bakalan membuka kemungkinan untuk bisa terinspirasi oleh berbagai sosok pekerja keras dan berprestasi luar biasa beragam, segitunya sampe kita jadi nggak punya waktu buat nyari pertimbangan aneh2 untuk nentuin mau terinspirasi olehnya atau enggak. Gossip individunya, pacaran diekpose kaga, tunangan pake ngek ngok dulu atau langsung nikah, adakah problem dengan seniman lain, pernah pansos kaga, dll, secara umum itu semua sekedar pilihan hidupnya yang irrelevant dengan outputnya sebagai seniman. Bagi yang beneran pengen achieve their dreams, terutama impian yang gede2, maka gossip soal pilihan individu itu nggak ada pentingnya dibahas, karena kaga nyumbang ke inspirasi n motivasi di bidang kita masing2. Lebih ok untuk fokus ke dapetin sebanyak2nya hal2 positif dari sebanyak2nya inspirator, terutama mereka yang bisa deal dengan berbagai sikon imperfection.

No offense ke Isyana dan para fans-nya, ini cuman lagi ngomongin kriteria apresiasi seni dan hubungannya dengan inspirasi/motivasi secara umum, siapa tau bisa bantu buka wawasan orang yang baca. Emang sih kalo di dunia showbiz berbagai kriteria itu masih rada cukup ngaruh karena skema bisnisnya cenderung ke idolatry. Tapi bagi yang cukup mature dan aware enough untuk bisa see through n see the bigger picture, seharusnya it doesn’t matter.

Anyway, good luck with your dreams.

5

Kintsugi

MR W
MR W
7 months ago
We dont care your opinion

10

tahu jengger
tahu jengger
7 months ago
@MR W Wow, tough response! I don’t speak for @Bubu Chan ‘s personal opinion, but my comment is pure educational. You can confirm it to your art professors at uni or college, on Appreciation class.

Be wiser, there’s a lot of smart and wise people everywhere, just like Isyana herself.

14

jalan-kebenaran-hidup
jalan-kebenaran-hidup
7 months ago
cerdassssss

trashpolin lin
trashpolin lin
7 months ago
Weits jangan didewain dulu berabe nanti

2

caesaria wbp
caesaria wbp
7 months ago
Bener bangeeet,,

dwi nugroho
dwi nugroho
7 months ago
Ya lo taunya dia doang….

3

Helmy Hadjo
Helmy Hadjo
7 months ago
Dia sma agnes mo

1

dhika dhika
dhika dhika
7 months ago
u ga kenal indra lesmana mungkin.

1

dwi nugroho
dwi nugroho
7 months ago
@dhika dhika dia ga kenal erwin gutawa jg.

1

andi suryowinarto
andi suryowinarto
7 months ago
satu-satunya hmmmm… 😁

andi suryowinarto
andi suryowinarto
7 months ago
https://youtu.be/esMP9MKHTiI

Husnul Khatimah
Husnul Khatimah
7 months ago (edited)
Soalnya dia pernah bilang, dia mau terkenal didunia karna musiknya karna kepinterannya bukan krna kehidupannya atau gosip lainnya,

3

Irfan buchan
Irfan buchan
7 months ago
66 6

Irfan buchan
Irfan buchan
7 months ago
5

Irfan buchan
Irfan buchan
7 months ago
55

Mia Veranika
Mia Veranika
7 months ago
Raisa gmn?

nic collidium
nic collidium
7 months ago
@dwi nugroho to be honest dari dulu sudah ngira melompati om erwin, beliau saja mengagumi isyana, pengennya sih collab sama Indra Lesmana, kyk apa jadinya nanti. Tp gk setuju banget sama opini dia hahaha, sampai bawa2 kepribadian gaada minus wkwk. Top komen pula 🤦‍♀️

dwi nugroho
dwi nugroho
7 months ago
@nic collidium top komeng soalnya pada emosi…dikira cm isyana satu satunya 😅😅😅😅

nic collidium
nic collidium
7 months ago
@dwi nugroho @dwi nugroho kalau musikalitas sih setuju2 saja, karena dia lebih serakah (dlm arti baik) dari om Indra atau dewa budjana. Tapi kesannya overproud. Tapi ya gimana ya, maestro-maestro musik Indonesia saja memuji-muji isyana, apalagi cuma fans. Apalagi fans kalau bidangnya bukan dimusik jadinya ya kayak orang2 seperti ini.

tahu jengger
tahu jengger
7 months ago
@nic collidium Kalo gw pribadi ga ada masalah ini jadi top comment, justru berarti ini jadi perwakilan opini dari kebanyakan orang kita. Ini sekaligus jadi tugas bagi orang yang punya wawasan lebih luas buat ikut nimbrung nawarin opini alternatif plus argumen logis nya. Sejak 20 taon lalu di semua forum2 Internet kan gitu proses edukasinya.

FYI, para musisi beneran kalo di dunia showbiz emang cenderung selalu saling memuji, terutama berkaitan dengan siapapun yang lagi naik. Itu dah politik musisi untuk cenderung ogah cari kontroversi ngelawan public demand, musically. Doktrin nya adalah, siapapun yang bisa naik, doi dianggap punya musikalitas yang unik yang disukai publik. Dan karena diterima publik adalah goal semua musisi, jadi mereka semua hampir selalu ngasih respect. Dari Mbah Surip sampe Didi Kempot, mereka semua layak dapet respect. Lalu gimana dengan Inul n Dangdut Pantura? Well, maybe not so much. Musiknya mungkin susah bisa gede tanpa goyangan penyanyinya.

Umumnya persamaan dari hampir semua musisi beneran, adalah mereka pada selalu males ngebahas hal2 personal dari musisi lain. Bagi musisi itu irrelevant dan kurang kerjaan. Coba aja cek semua interview dari semua musisi2 yang dianggap paham n jago musik, lokal dan global.

Nah dari situ para fans mustinya juga tau kalo hal2 personal itu sebenernya kaga masuk itungan sama sekali. Hal2 non musical hanya jadi masuk itungan di dunia showbiz yang melibatkan jualan idolatry untuk para audience/fans. Semua orang tau kalo konsep idolatry ini cukup deket sama level sesembahan. Kalo generasi gw dulu, fans garis keras bakalan masang poster2 idola di kamarnya. Entahlah kalo fans jaman now gimana mengekspresikannya.

Prestasi n musikalitas Isyana jelas gokil, lebih dari cukup buat nutupin fakta2 kepribadian minus apapun, yang pastinya ada, cuman kitanya aja yang pada nggak tau. Dan kaga ada gunanya juga kita nyari tau, kecuali kita lagi kurang kerjaan nyari sosok role model ideal/flawless untuk dicontoh (asumsinya kita masih bocah). Dan kemudian cepat ato lambat seiring waktu bakal selalu berakhir dengan kekecewaan, ketika nantinya realita yang bicara.

4

nic collidium
nic collidium
7 months ago
@tahu jengger sorry out of topic, bagaimana dengan orang yang tidak menerima kenyataan bahwa musik klasik adalah seni musik tertinggi? Kemudian selalu mengaitkan dengan selera dan menyamaratakan genre musik?


Aipsaefulrohman
Aipsaefulrohman
7 months ago
@nic collidium seni tertinggi adalah karya improvisasi dari seorang Musisi, Kalo Klasik seni musik tertinggi tergantung kita melihatnya dari sudut mana. kalo klasik akar dari musik iya Betul. Kalo pendapat Ku si Seni tertinggi ya Musik itu sendiri. genre yang makin banyak itulah Seni.


nic collidium
nic collidium
7 months ago
@Aipsaefulrohman pendapat lagi kan, tidak menghargai dan mengapresiasi state of art. Itu fakta sejarah, ada di buku seni, di pelajaran seni, musik klasik adalah tingkat tertinggi kesulitannya, ga sembarangan orang bisa, semua musik berakar dari klasik, dan terus bertahan mengikuti perkembangan zaman

5

tahu jengger
tahu jengger
7 months ago
@nic collidium Pertanyaan menarik!

Walo gua pribadi udah sering diskusi soal apresiasi, tapi sampe sekarang untuk mencoba dapetin kesepakatan or kesimpulan objective soal kasta genre musik ini masih jadi hot debate, terutama dikalangan orang2 yang sama2 blom tau or malah kaga peduli tentang apresiasi n sejarah musik. Kebanyakan orang di tingkat awam apresiasi cenderung mendefinisikan musik keren or kaga berdasarkan pengalaman pribadinya masing2, so parameter diskusinya bisa melebar cukup luas.

Walaupun begitu, sebenernya definisi yang berbeda itu sebuah realita yang bisa (or harus) diterima, sepanjang kita kaga memaksakan definisinya untuk diadopsi orang lain. “Buat gua, Kufaku is de best!” itu pernyataan yang sah2 aja. Beda orang, beda taste. Kalo maksa semua orang musti demen Kufaku, or Kufaku adalah kasta genre tertinggi, itu baru bermasalah.

Walopun taste itu personal tapi taste itu sendiri juga bisa dilatih, dengan nambah dosis exposure, buka wawasan, dll. Kebanyakan bocah ogah makan sayur, sebel sama wortel n brokoli, tapi pas udah gede mereka mau nggak mau musti rutin nelen sumber serat, dan musti ngakalin gimana caranya supaya bisa plong ketelen. Karena wawasan dah terbuka bahwa it’s the right thing to eat, dan karena exposure nya dah meningkat ketemu banyak versi penyajian macem2 sayur, doi pun jadi doyan. Sama juga dengan apresiasi musik. Dulu kita taunya cuman apapun yang nongol di tipi or radio (jaman gua). Pas ada internet n google, kita jadi ketemu banyak hal aneh2. Taste n pemahaman kita tentang musik ikut berubah.

Kalo proses grow up nya diterusin, mungkin perubahannya taste nya bisa sampe ke tingkat pertanyaan : ini genre musik ada banyak bener, emang asalnya dari mana sih? Nah dari situ kita bisa tau bahwa musik sedunia sebagian berkiblat ke system dari genre musik yang sama dari culture yang sama : Classical European Music. Gua bilang cuman sebagian, karena musik dari culture lain di semua daerah masih tetep idup walo kaga dominan (ethnic music).

Yang bikin classical dianggap jadi dominan adalah cara musiknya ditulis, diajarkan, dan kemampuannya untuk dikembangkan dan dianalisis yang berdasarkan dari sebuah konsep duality sederhana : dominant vs tonic, or bahasa jazz nya tension vs resolution. Karena ini comment untuk audience awam, so gua batasi supaya nggak terlalu teknis/teoritis. Pada perjalanannya selama beberapa abad, definisi dan standar teori dari musik klasik juga ikut berubah. Coba aja cek Bach vs Mozart vs Beethoven vs Liszt vs Debussy vs Stravinsky vs Steve Reich. Dan karena bisa ditulis dan karakteristiknya yang logis untuk dianalisa (plus Eropa yang waktu itu demen ngejajah kesana sini), maka classical diperkenalkan dan jadi menu wajib di berbagai sekolah2 di seluruh dunia. Makin banyak orang yang teredukasi dengan berkiblat ke barat, makin banyak juga kenal juga dengan system dari tradisi Eropa ini. Karena orang2 yang teredukasi ini jadi pembentuk trend peradaban dunia, maka system bermusiknya pun jadi standar pelajaran musik di dunia. BTW, jazz lahir di Amerika berdasarkan dari tradisi musik Afrika yang menggunakan system bermusik dari Eropa (kita bilangnya classical). Gua towel jazz dikit, karena lebih trending di Indo plus ada festival internasional taunan nya.

Classical jadi spesial dan cenderung dianggap jadi kasta genre tertinggi bukan karena ada buku yang bilang begitu, kurikulum sekolah bilang begitu, tingkat kesulitan yang tertinggi, ga sembarang orang bisa, dll. Faktanya :

> Teori musik itu bukan standar baku untuk bisa ngejelasin semua jenis musik, even musik dari genre yang sama dengan sejarah yang panjang kaya classical ini. Kaga ada sebiji buku pun yang bisa jelasin musiknya Prokofiev pake teorinya Bach, padahal mereka masih sama2 classical music walo beda era. Buku dan kurikulum selalu mengalami editing dan revisi sebagaimana bumi dulu pernah diajarkan dianggap datar. So buku dan kurikulum sekolah kaga bisa jadi patokan untuk sekaku itu menobatkan betapa spesialnya classical music. Lagian kalo ngebahas seni, karena ukuran bakunya nggak ada, kita nggak bisa total melepaskan diri dari subjectivity.

> Tingkat kesulitan tertinggi itu cuman mitos, karena standar edukasinya yang relatif kaku dengan interpretasi yang terbatas. Notasi musiknya tertulis, dan harus dieksekusi dengan timing dan dinamika tertentu untuk mempertahankan detil keaslian musik sesuai yang diniatin komposernya. Tapi kalo musik laen diperlakukan sama, tingkat kesulitannya kaga otomatis jadi lebih mudah. Justru malah bisa jadi lebih susah karena ada rhythm yang pake shuffle/swing dengan eksekusi yang harus pincang, nggak sesuai notasi. Musik lain sepintas keliatan lebih gampang karena standarnya interpretasinya lebih fleksibel dan musisi bisa masukin lebih banyak personality ke dalam musiknya.

> Classical music itu bisa untuk semua orang, dengan berbagai tingkat kesulitan. Semua orang yang blom pernah maen piano, kalo fisiknya normal bakalan bisa lancar maen Bach Prelude BWV 846 dalam sekitar 20 jam latihan. Untuk ngasih perspektif, segitu adalah hal yang sangat kecil kalo dihadapin sama kebutuhan musisi untuk bisa improvising or composing spontan yang perlu intense training minimal sekitar 7000-10000 jam latihan untuk ngeberesin tingkat basic nya. Orang2 emang udah bisa mulai berekspresi terbata2 sejak 1000-3000 jam latihan, tapi masih blom dapet detil nuansa nya, dan segitu masih blom bisa kepake beneran di dunia persilatan.

So, pada dasarnya pertimbangan selera terhadap genre pilihan itu real, dan diskusi soal siapa yang dapet gelar Yang Mulia dalam genre musik berdasarkan kriteria taste, buku, kurikulum, tingkat kesulitan, orang2 terpilih, dll, itu akan berakhir sia2 tanpa kesepakatan jelas. Tapi kalo kriterianya berdasarkan fakta, pondasi dan sistem bermusik yang mempengaruhi peradaban modern kita sekarang, emang sumbernya berasal dari classical music. Kaga ada yang bisa ngebantah. Fans dangdut Pantura pun seharusnya respect dengan classical music sebagaimana semua orang respect kepada leluhurnya dan ajarannya.

Tapi ya sebatas respect aja, kaga perlu di jadikan kasta tertinggi untuk kemudian dibanding2kan untuk ngebully or underestimate genre lain. Dimana2 kita bakalan selalu diajarkan classical music pas belajar formal, karena kita harus tau dari mana kita berasal. Perkara siapa yang tertinggi or ter ter lain, itu biarlah audience yang menilai.

2

tahu jengger
tahu jengger
7 months ago
@Aipsaefulrohman Gua setuju kalo misalnya beneran ada kasta2an, improvisasi bisa mewakili pengalaman dan pengetahuan seseorang tentang musik tanpa harus nanyain backgroundnya punya gelar apaan, dah pernah training kemana aja, dll. Tapi kemudian dunia musik sekarang jadi begitu meluas sampe ada juga pekerjaan musisi tanpa harus jago maen musik sama sekali, kaya theory professors, composers, therapist, dll. Yang kaya begini perlu parameter baru untuk nentuin siapa yang ter ter ter. Dan pas kita dapetin siapa yang ter, kita juga palingan nggak tau musti ngapain. Apakah lantas kita menganggap dah dengerin/belajar genre yang bener karena genre nya itu adalah yang ter?

Semua orang bermusik sesuai personality n kapasitas pemahamannya masing2. Klasifikasi yang ter itu relatif no big deal bagi kontribusi ke masyarakat.

2

nic collidium
nic collidium
7 months ago
@tahu jengger yang perlu digaris bawahi adalah apresiasi. Bukan berarti meng-underestimate genre lain apalagi tidak mengapresiasi genre lain. Yah tetap menjadi perdebatan di luar sana sampai kapanpun itu. Nice one

3

Faiz Rizqi
Faiz Rizqi
7 months ago
Nggk satu dong. Kan ada Nadin Amizah, Raisa, Yura Yunita, Tulus, Gamaliél. Salut gw sama mereka semua termasuk isyan, keren!! Semua idola gw🥺👍


Rio Herwindo
Rio Herwindo
7 months ago
@Si Stqlk 😇

1

Alexander Gustavo
Alexander Gustavo
7 months ago
Musisi dan penyani itu berbeda ya guys…
Contoh:
Ayu ting-ting cuma penyanyi..
Sedangkan Isyana komplit penyanyi,sekaligus komposer musik


Rio Herwindo
Rio Herwindo
7 months ago
@Alexander Gustavo betul


uqud Gilbert
uqud Gilbert
6 months ago
Lebay .. lu gak menghargai Iwan fals, ADP, Godbless dan musisi legend tanah air lainnya yg punya andil membawa perubahan pd musik indo.


Jesse Lingard
Jesse Lingard
6 months ago
@tahu jengger dia bilang respect bukan hail. Salah paham kamu komen pnjang lebar.

2

Thessa Sams
Thessa Sams
6 months ago
R*isa lewat. Maaplah ya. Yg kmren banding2in Isyana dengan doi. Mmg Isyana yg the best kok. Ngefans dgn dia dr dia msh berkecamuk di dunia electone dan piano klasik dulu2 tuh.

1

tahu jengger
tahu jengger
6 months ago
@Jesse Lingard Yang gua bahas adalah parameter respect doi yang super-duper-ultra kebablasan terhadap semua musisi atau seniman secara umum. Coba aja dah tanya dosen mu salahnya pahamnya dimana. Jurusan musik boleh, bahasa juga boleh. Silakan dibaca2 lagi buat buka wawasan.

Lagian gua ogah maen2 di semantic soal term respect vs hail. Bahkan ini gua baru pertama nulis hail disini.

1

Baun Dirgara
Baun Dirgara
6 months ago (edited)
@tahu jengger yes, jazz dan klasik sangat berbeda. Dulu kebanyakan yg bucin isyana anak jazz dan nyinyirin isyan dengan segala unsur komersilnya. Padahal kan dia klasik. Di jazz compose lagu cuma iseng-iseng. Sekarang ganti anak metal yg bucin wwkkw. Kalau klasik sih emang dari dulu karena terkenalnya dia emang penyanyi klasik


Test Hp
Test Hp
6 months ago (edited)
overproud nih?
padahal tiap manusia pasti ada minus nya.

saran sih, suka sama karya nya aja.
jangan sama sosok nya, karena dia manusia biasa. Takutnya kalo terlalu meninggikan sosok nya, jika suatu saat dia melakukan kesalahan, maka rasa kecewa yg di rasakan sama si fans juga bakal tinggi juga, yg ujung ujungnya cinta berubah jadi benci…

masih gak lupa sama si nissa sabyan, yaa kira kira takut begitu dah. Yg awal nya di tinggikan seakan menggambarkan kemuliaan Wanita Muslim, sekarang malah banyak di bully oleh fans fanatik nya. Akibat fans fanatik, akibat overproud.

Wkskskks, itu cuma contoh overproud yg berubah jadi hate too much.

heheheh, tetep fokus dukung ke karya nya… Gak perlu berlebihan bawa bawa kepribadian nya isyana atau kehidupan nya…

1

A.J S
A.J S
6 months ago
Pada berantem dah 😂😂 serah si ts aja dah dia mau suka karyanya aja atw sekalian pribadi idolanya. Itu kan pandangan pribadinya si ts sendiri tentang idolanya, orang ngefans ke idola kan beda beda cuy. Bukan cuma Isyana aja yang punya fan kek si ts ini, musisi/idol lain juga banyak yang punya fans kek si ts. Mau dia jadiin Isyana sebagai panutan dalam segala hal juga suka suka dialah, gak perlu diperdebatkan berjilid jilid 😂😂😂.


tahu jengger
tahu jengger
6 months ago
@A.J S Kalo ke gua, rada susah disebut berantem or debat antara ketidaktahuan yang cuma disupport ego pribadi vs pengetahuan yang disupport ilmu dan konsensus. Dari awal aja udah jelas nggak fair.

Posts gua palingan sekedar mencoba menggaruk dikit kegatelan yang terjadi pada audience awam dalam melihat dunia showbiz n bisnis idolatry. Emang kaga bakalan sembuh karena ada terlalu banyak yang musti digaruk. Tapi at least dah ada action untuk sedikit meredakan sesaat kegatelan yang terjadi di sini. Perkara orang milih untuk mencoba jadi wiser, atopun tetep ngotot dengan wawasannya yang sekarang, itu udah diluar kapasitas gua.

1

A FA
A FA
6 months ago
Berasa ikut kelas dasar2 pemikiran filsafat musik 😁😍. Sering nemu kayak gini, satu2nya, pribadinya di ranah para youtuber konten kreator juga.. Baru nemu wisernya disini

1