ione d'flo

Batas Terluar Bermain Outside

Posted on Updated on

Kármán Line

Berikut ini adalah copas dari post FB yang rencananya nanti akan dilanjutkan dibahas di blog.

Dito Musicman

Shared with Public

Post semacam ini sebenarnya cukup overkill untuk dipajang di FB gini. Tapi berhubung ini subject seru yang nyambung sama avoid note kemaren, dan toh sebagian musisi akhir2 ini juga lagi relatif berkurang kesibukannya, maka nggak ada salahnya nyoba pushing my luck, just in case ada yang antusias ngerespon, even if via japri.

Ini adalah update khotbah terhadap post lama dari Oedin Oodeen, yang nampaknya dulu disetujui oleh the maestro Andrie Tidie himself :

Setelah intense petakilan dan pecicilan kesana kemari, saya sekarang bisa nyoba nambahin teori advanced harmony tentang maen outside, yang bisa disampaikan/diajarkan via text doang, or bisa plus notasi kalo mau beneran komplit-plit mau dianalisa. Pada dasarnya, konsep advanced harmony di level yang tergokilnya sekalipun sebenernya konteks penerapannya nggak tak terbatas. Doi bisa keliatan jelas batasan terluarnya bagi yang eksplore beneran. Untuk dapetin gambaran utuhnya, disini readers musti pada mau nyoba baca rada panjang, nyikat semua perspektif biar bisa beneran paham n nggak nanggung.

Basic teorinya adalah kombinasi dari (1) prinsip hubungan figurasi melody dengan harmony, yang dah berlaku sejak era Baroque, termasuk juga ornamentasinya. (2) Fakta bahwa harmony adalah sebuah fenomena dalam waktu, yang bisa dinyatakan dengan akord maupun melody (sering disebut dengan linear harmony). Dan (3), kenyataan bahwa untuk bisa maen outside, dari awal sistem bermusik musti terdapat kontras antara inside-outside, memiliki semacam gravitasi untuk ngebedain antara napak vs ngambang. Sistem harmony yang dibikin dari full chromatic, atonalism n semua variant temen2nya nggak bisa ngasih efek inside-outside, jadi mereka diluar cakupan bahasan.

Dari point no (3), maka kita tau kalo kita bakalan ngadepin scales, minus chromatic scale. Nah total jumlah scales ini, kalo dimasukin semua exotic n artificial/kombinasi dari semua sets kan bakal ada banyak bener tuh. Lha kok bisa2nya saya nekat bilang nggak tak terbatas? Apakah saya mau kabur sambil nyodorin daftar scales super nerdy nya Ian Ring? Don wori, saya dah pernah nulis kalo saya kaga demen teori2 abstrak yang relatif nggak ada demand nyatanya oleh audience awam di lapangan.

Dari teori yang saya anut, total ada 5 batasan/syarat untuk sebuah scale (any scales) agar bisa digunakan untuk dapetin kontras dan gravitasi dalam bermusik, yang dilihat berdasarkan intervalnya. Ada 3 aturan yang mengacu pada nyanyian Maria di ‘The Sound of Music’ (1965) yang bilang kalo “Ti” akan membawa kita kembali ke “Do”, yang artinya menggunakan half-step or semitone sebagai interval dengan kecenderungan gaya gravitasi besar, lalu non-semitone sebagai kontrasnya. Scales disusun berdasarkan 2 hal kontras itu dengan aturan :

(a) Tidak ada interval semitones yang muncul berurutan. (b) Jarak ANTARA scale degree yang bersebelahan harus satu atau dua semitones. (c) Jarak ANTAR scale degree 3rds harus tiga atau empat semitones.

Dan untuk scale yang anhemitonic (nggak punya half-steps macam pentatonik), aturannya (d) Jarak ANTARA scale degree yang bersebelahan harus dua atau tiga semitones. Dan (e) Jarak ANTAR scale degree 3rds harus empat atau lima semitones.

Dengan filter diatas, dan difilter lagi dengan set theory (bahwa pentatonic adalah subsets dari diatonic), maka total scales yang bisa dipake untuk bikin kontras inside-outside cuman ada 7 : acoustic, diatonic, octatonic, whole-tone, harmonic minor, harmonic major, dan hexatonic, berikut semua variant modes dan subsets nya.

Dari masing2 scales itu kita bisa bebas numpukin not n bikin system harmony sendiri, dan tetep masih bisa dapetin efek inside-outside. BTW, sebenernya masih ada beberapa scales lagi yang bisa disodorin macam blues dan bebop, yang walopun melanggar point (a) tapi pada dasarnya karakter scale degreenya nggak sama rata. Salah satu semitone yang berurutan adalah hasil dari ornamentasi, yang dalam hal ini bisa dijadikan special case, rada beda sama misalnya Hungarian Gypsy scale dengan ^#4, ^5 dan ^b6.

Nah setelah bahan2nya komplit, berikutnya saya harus nulis contoh cara masaknya. Tapi karena versi idealnya seharusnya rada panjang, jadi mendingan nanti ta tulis di blog aja biar lebih pas tempatnya. Intinya adalah, dalam durasi waktu sebuah fenomena harmony berlangsung, MINIMAL SETENGAH DARI DURASINYA HARUS dinyatakan dengan maenin chord tone, dan chord degree 3rd (or 2nd or 4th, tergantung system harmony yang lagi dipake) HARUS MUNCUL (*). Mereka kaga harus dieksekusi secara bersamaan ataupun berurutan ataupun di beat tertentu (dalam divisi apapun). Sementara itu untuk sisa durasinya, kita bisa maen bebas, boleh maen scales berdasarkan key (or apapun system gravitasi yang dipake), ataupun sengaja keluar dari scale (outside).

Untuk soloing dengan sikon dibacking oleh pengiring yang maenin harmony, maka kewajiban untuk maenin minimal setengah dari durasi tadi gugur, pilihannya dah langsung boleh superimpose maen scales vs keluar scales. Untuk efek kontras yang maksimal, pilihannya adalah chord tones vs outside scale, sebuah prinsip dasar yang semua jazzer mainstream demen.

Perihal lokasi di subdivisi beat ke berapa chord tones musti nongol, klasifikasinya sebenarnya dah ada komplit sejak era Baroque. Kalo dari perspektif keyboardist untuk solo playing, total ada 21 type kombinasi. Didalamnya ada arpeggio yang subdivisi beatnya hanya diisi oleh chord tones, ada juga beberapa type appoggiatura, dll. Nanti kapan2 kalo pas sempet ini bakal ta towel sedikit di blog.

(*) Ada special case dimana mereka bertiga bisa absen dan digantikan oleh 7th (maj or min or dim).

tl;dr Pada dasarnya kaga ada teori apapun yang bisa ngalahin kemampuan hearing yang ok dan taste personal dalam hal inside-outside, karena doi berhubungan langsung dengan sense n kreativitas. Tapi dah jadi tugas theorist untuk mencoba menjelaskannya secara sistematis supaya bisa dipahami orang awam dan para pelajar. Teori diatas adalah salah satu pendekatan utama yang saya pake untuk diskusi.

Silakan kalo ada educator or music enthusiast yang mau komentar or nambahin.

Intinya adalah, dalam durasi waktu sebuah fenomena harmony berlangsung, MINIMAL SETENGAH DARI DURASINYA HARUS dinyatakan dengan maenin chord tone, dan chord degree 3rd (or 2nd or 4th, tergantung system harmony yang lagi dipake) HARUS MUNCUL (*).

Ione D’Flo
Yesssssss….klo udh ma maztah yg kultum wajib d dgrin ini mah..
· Reply ·

Author
Dito Musicman
Seiring berjalannya waktu n intense ngulik, most players do fine, otomatis bisa ngerasain kapan outside n inside cuman pake feeling doang. Tapi feeling kaga bisa dijelasin pake text n susah diajarkan dikelas. So teori ini salah satu usaha untuk bisa secara sistematis mendiskusikan fenomenanya dengan orang lain.

Silakan Wan, kalo ada opini original versi D’flo..
· Reply ·

Author
Dito Musicman
Dan kalo kita ngomongin multiple lines yang outside, itu dah diluar kapasitas feeling lagi, karena kuping kita nggak bisa fokus ke 2 ato lebih note yang nongol independen bersamaan. Salah satu mungkin bisa kita dengerin, tapi lainnya musti dieksekusi secara otomatis dibelakang layar. Teori ini bisa bantu otomatisasi itu.
· Reply ·

Ione D’Flo
Dito Musicman naaaaaaahhhhh itu sudaah mas..ak kdg geli mas liat maksa bgt main outside smp g liat target notx lg..yg penting “miring”…yg ad malah fales…
· Reply ·

Author
Dito Musicman
Ione D’Flo Berarti orangnya mencoba nerapin teori tanpa ngedengerin hasilnya. Padahal personal sense bisa ngalahin teori apapun yang ditulis oleh siapapun.

Pada dasarnya prosedur standar untuk ngajarin outside ada 3 : passing notes (or chord), neighbour tones (or chord), dan appoggiaturas (yes, ada versi chordnya juga!) Kita tinggal geser2 lokasinya di beat yang berbeda untuk dapetin efeknya soal gravitasi n gaya tarik harmony-nya. Kalo dah advanced, bisa dibikin kombinasi dan layering dari ketiganya, trus dimasukin chromaticism. Kalo dilihat dari target, beberapa notes bisa aja berfungsi sebagai passing notenya passing note (chromatic line), or appoggiaturanya incomplete neighbour, dll.

Bagi yang pengen tau lebih lanjut, silakan belajar ke D’Flo. Bagi yang pengen tau konsep hirarki harmony dalam musik, bisa cek teorinya Schenker yang jadi pondasi sekolah2 kita. Dan yang ogah sama translasi bahasa Inggris, don wori nanti rencananya point2nya akan ditowel di blog.
· Reply ·

Oedin Oodeen
Ione D’Flo 😀
· Reply ·
Write a reply…

Author
Dito Musicman
Salah satu diskusi yang menarik di japri barusan adalah bagaimana sebagian temen2 yang otodidak masih memahami soal scale n modes secara –bisa dibilang– salah kaprah. Kita tau kalo blues progression bisa disikat seluruhnya pake sebiji blues scale n bunyinya baik2 aja mau maen kumaha manehna sekalipun, asalkan nggak kelamaan pewe di ^b5. Tapi itu bukan berarti lantas di progresi lain dengan beda konteks semuanya bisa dibabat dengan sebiji scale untuk keseluruhan progresi tanpa peduli harmony n gravitasinya. Scale itu cuman alphabet aja, doi meaningless tanpa grouping untuk membentuk kata n kalimat. Kita nggak menyampaikan sesuatu yang bisa ditangkap readers kalo sekedar nulis random alphabet.

Pendekatan yang lebih universal ke sebanyak2nya konteks system harmony sebenernya lebih ke pendekatan struktural. Di FB, Om Andrie Tidie udah sering kampanye sejak dari 10 taun lalu. Melody n improvisasi pada dasarnya adalah pengembangan dari harmony yang bisa dinyatakan dengan chord, inversinya dan ornamentasinya. Pendekatan ini jauh lebih ok karena bikin gravitasi n note2 amannya lebih jelas lokasinya, kalo nyasar pun bisa langsung balik.
· Reply ·

Pada dasarnya prosedur standar untuk ngajarin outside ada 3 : passing notes (or chord), neighbour tones (or chord), dan appoggiaturas (yes, ada versi chordnya juga!)

Bersambung..