structural playing

Skala Pentatonik Minor bagian 5 [Paradigma Musik = Masakan?]

Posted on Updated on

mmm.. yummy..

Untuk sharing konsep pemahaman, kita bisa coba menganalogikan musik dengan makanan [atau minuman, terserah], dan menganalogikan pemusik dengan koki. Banyak persamaan dari musik dan masakan, diantaranya adalah musik dan masakan tidak punya ukuran yang baku tentang penilaian enak dan tidak enak, karena selera [walaupun pada kasus paling ekstrim tentang kelayakan, hampir semua orang akan setuju kalau musik yang tidak punya struktur harmoni itu tidak layak dengar, seperti bangkai tidak layak untuk dimakan]. Persamaan dari pemusik dengan koki juga cukup banyak, pemusik yang handal mengetahui banyak informasi [sekaligus mampu mempraktekan] tentang bagaimana cara membuat musik menjadi sesuatu yang enak untuk didengarkan banyak orang, seperti seorang koki yang handal mengetahui cara membuat sekedar mi instan atau telur dadar, sampai dengan masakan yang paling kompleks [dalam pembuatan dan citarasa, yang bikin orang – orang merem karena enaknya, tapi mohon maaf saya tidak tahu contoh nama masakannya].

Analogi tadi yang akan dicoba disampaikan sehubungan dengan pembahasan skala disini. Saat ini kita mengetahui bahwa secara teori untuk bermain improvisasi yang asik dan selalu harmonis, paradigma utama penyusunan permainan kita harus berdasarkan struktur harmoni yang berlaku dalam lagu [akord progresi]. Om Andrie Tidie sering menekankan pentingnya Structural Playing. Ini hanyalah teori yang berusaha menjelaskan apa yang dilakukan para musisi sebelum generasi kita untuk keperluan edukasi, dan sebenarnya tanpa itu pun, kita tetap bisa berimprovisasi dengan baik dan harmonis dengan hanya mengandalkan telinga [beberapa teman sering menyebutkan metode hajar bleh]. Tetapi kemungkinan besar kalau anda membaca sampai disini, anda mungkin masih membutuhkan bantuan teori untuk mengembangkan telinga agar mencapai tahapan “hajar bleh” tadi. Betul?

Untuk menghasilkan musik yang bervariasi, kita membutuhkan informasi dan kemampuan tentang banyak hal, seperti seorang koki membutuhkan banyak bahan dan alat. Untuk menghasilkan musik yang simpel dan monoton [selalu ada banyak penikmat musik dengan genre apapun, selama musiknya terstruktur, dan musik simpel sudah pasti selalu terstruktur], kita mungkin hanya butuh memahami sebuah skala dan beberapa power chord dengan progresi diatonik, sama seperti untuk memasak mi instan cuma butuh panci kecil dan sedikit air. Sebagian orang suka ini dan tidak punya keluhan apapun. Tetapi kalau kita ingin lebih dari itu dan ingin memaksimalkan musik kita, kita perlu untuk menguasai beberapa atau banyak hal [skala, bentuk akord, teori harmoni, dll] sehingga ketika hanya membuat musik simpel, kita bisa menambahkan beberapa warna tambahan sesuai takaran agar musiknya lebih berkesan dan berkarakter, sama seperti memasak mi instan dengan beberapa tambahan, misalnya telor dan sosis, dan mungkin beberapa sayuran sesuai selera, untuk menambah gizi dari makanan yang simpel itu. Kalau kita sebelumnya tidak punya alasan kenapa harus mempelajari musik [juga memasak], mungkin analogi diatas bisa sedikit membantu.

Kembali ke skala pentatonik minor. Melanjutkan tulisan sebelumnya [Skala Pentatonik Minor bagian 4 [Paradigma Skala]], kita juga bisa memainkan skala pentatonik yang berbeda – beda sesuai akord yang sedang dimainkan untuk alasan akurasi. Kalau kita menggunakan pendekatan ini, trik nya adalah dengan melakukan fingering 3 buah skala yang berbeda dalam sebuah lokasi fretboard. Contohnya :

  • Am bentuk E – Dm bentuk A – Em bentuk C
  • Am bentuk D – Dm bentuk G – Em bentuk A
  • Am bentuk C – Dm bentuk E – Em bentuk G
  • Am bentuk A – Dm bentuk D – Em bentuk E
  • Am bentuk G – Dm bentuk C – Em bentuk D

Untuk keterangan bentuk [posisi] fingering, silakan cek Skala Pentatonik Minor bagian 2

Previous | Next